Cherreads

Chapter 27 - Setelah Mati Suri

SehabisKecewa,

.

Aku sudah mencoba menjadi seseorang yang tulus dimuka bumi.

Aku sudah mencoba sekeras air mengikis batu yang paling besar.

Aku sudah mencoba sekuat tenaga, semaksimal yang aku bisa, bertahan dengan satu tangan pada pilar yang paling kokoh.

Namun, hancur juga.

..

SetelahLuka,

.

Aku sudah belajar jadi penipu ulung kelas teri.

Aku sudah makan obat berjuta-juta kali.

Aku sudah berobat kesana-kemari.

Namun, aku mati.

Lalu, mati suri.

..

Sehabis Mati Suri,

.

Aku dapat hansaplast,

Kita sama-sama tahu benda itu karena pernah memakai atau memberikannya pada diri sendiri dan orang lain.

Plesteran pertama, kedua, dan ketiga datang, namun sekedar menutup goresan.

Kulitku masih robek, cukup dalam, walau area sekitarnya sudah sembuh total.

Dan plesteran berikutnya aku sendiri yang harus membalutnya sendirian.

Tapi, ruam-ruam kulitku masih terlihat dalam.

'Ah perduli setan! Nanti juga makin sembuh sendiri'

kataku sambil gerutu dalam hati.

...

Lalu kucoba untuk bercerita dalam beberapa media, lagi-lagi bukan tuk pamer aib.

Sekedar bercerita, bahwa kita harus punya ruang untuk diri kita sendiri, misalnya ruang bercerita atau sejenisnya.

Jariku terlalu kaku untuk membual pada banyak wanita, mungkin karena dibuat lumpuh tak berkutik sama sekali, kala itu.

Pun begitu, bagiku kesetiaan adalah harga mati.

Sampai pada masa dimana seseorang menceritakan suatu kisah yang kalau dibilang, tak juga sama persis; denganku.

Karena ketertarikanku pada sastra, aku yang pengecut ini mulai sok-sokan mengamati tulisan-tulisan seseorang.

Dipertemukan oleh algoritma, indah betul tulisannya.

Ahh rasanya aku baru kali ini (lagi) membaca tulisan secandu itu.

..

"seseorang menyukai tulisan anda"

..

Kami saling lempar hati merah, apresiasi atas suatu karya, menurutku. Bergeser, berkembang, dan menuju ke dalam.

Sapaan kami semakin intens tak sekadar apresiasi sepatah dua kata,

Fikirku, ahhh apa ini...

Tulang dengkulku gemetar hingga ke dasar.

Ahh, apa ini...

Aku semakin gerogi,

Mulai lagi, senyum-senyum sendiri.

Kalian sudah menebak kemana arah panah akan melesat bukan?

Tepat sekali! Disanalah kami!

Dan kami saling berpuisi, sambil berintuisi.

More Chapters