Cherreads

Chapter 144 - Gagal Merenung

Storm memilih menginap disebuah apartemen tidak jauh dari gedung Arts Seagame. Dia memerlukan banyak istirahat setelah lelah terus terusan bertarung menghadapi lima Alpha Ancient Serraws sekaligus.

Ditemani dengan segelas jus jeruk buatannya sendiri, Storm duduk dikursi tak terlalu besar dibalkon loteng kamar 24.

Storm mengamati aktivitas penduduk kota H5700 lalu lalang dengan kesibukan mereka dari atas tempatnya bersantai.

"Huh!"

Storm menghela nafas panjangnya melihat para penduduk kota sibuk dengan urusan mereka masing masing.

Terkadang dia iri melihat sebuah keluarga cemara lengkap dengan semua orang yang berarti bagi mereka.

Storm teringat pada ayah dan ibunya, mereka sama sama tidak pernah menginginkan kehadirannya didunia ini.

Hanya nenek dan adiknya saja yang menerimanya sebagai keluarga, akan tetapi takdir memberi jawaban pahit kepadanya.

Mereka harus pergi untuk selamanya, mungkin saat ini mereka berada di Otherverse Tries alam semesta ciptaan Zelgrid Abstarak.

"Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan hanya satu tujuan...

Storm menatap langit cerah dipagi hari ini dengan tatapan nanar.

Storm merenung dengan wajah sedih, jika saja takdirnya bahagia seperti orang lain yang sering dia lihat.

Mungkin saat ini dia tidak akan mengenal yang namanya kekuatan super, apalagi bertarung menghadapi banyak monster.

"Demi memiliki keluarga...

"Jika apa yang kuharapkan tidak pernah tercapai maka, 

"Aku akan menentang tuhan demi memilih jalan hidupku sendiri tanpa harus terikat takdir yang menyedihkan ini!"...

Storm mengepalkan tangannya erat 2 menatap langit dengan tatapan tajam.

Tak peduli jika tuhan, dewa, mahadewa, iblis, makhluk abstrak, monster menghuni alam semesta ini akan dia hadapi dengan tangannya sendiri.

Tekad kuatnya tidak akan pernah tunduk kepada yang kuasa ataupun pencipta itu sendiri. Storm hanya tunduk pada neneknya, satu satunya orang yang mau merawat disaat dia dibuang oleh orang tuanya sendiri.

"Apa ini salah?"

"Aku hanya ingin merasakan seperti orang lain rasakan, bagaimana mempunyai keluarga indah tetapi aku tidak pernah mendapatkannya....

Storm menarik nafasnya dengan pelan lalu membuangnya kasar.

Sulit rasanya menerima kenyataan pahit ini tetapi semua yang dirasakannya begitu nyata sekali untuk dia hadapi.

Kita mungkin punya harapan akan tetapi dunia punya kenyataannya sendiri.

Saat Storm merenung dari atas balkon atas kehidupannya yang menyedihkan ini. Ponsel tidak terlalu mewah juga tidak terlalu buruk, mungkin hampir mirip dengan ponsel biasa namun memiliki fitur jauh lebih canggih berdering.

Storm kesal saat dia sedang bersedih meratapi kehidupannya terdengar deringan panggilan yang entah siapa yang menghubunginya.

"Sialan, menganggu saja!"

Umpatnya malas tetapi tetap mengambil ponsel miliknya yang berada diatas meja tidak terlalu besar.

"Elicia?"

"Mengapa dia menghubungiku? Apa terjadi sesuatu dengannya?"...

Storm menatap nomor tidak asing baginya.

Elicia, gadis yang bekerja sebagai koki direstoran Foodgris tempatnya bekerja. Pasti ada sesuatu penting mengapa dia menghubunginya, tidak seperti biasanya.

Storm ragu untuk mengangkatnya, bagaimanapun juga dia tidak mempunyai hubungan apapun dengannya mungkin lebih sekedar teman. 

"Ah siapa tahu penting,

"Tidak ada salahnya aku mengangkatnya!"

Storm menghela nafasnya, dia takut jika tidak mengangkat panggilan Elicia maka akan berdampak buruk.

Mungkin saja ada terjadi sesuatu serius ditempatnya bekerja, ataupun hal yang tidak terlalu dia pahami. Tapi sekali lagi itu hanya dugaannya saja, selebihnya dia tidak tahu maksud dari panggilan darinya.

More Chapters