Auralis belum pernah seramai ini.
Gerbang-gerbang sihir dihiasi untaian cahaya kristal. Langit penuh lentera mengambang, melayang mengikuti irama nyanyian penduduk. Dari menara tertinggi, lonceng berdentang setiap jam, membawa gema kemenangan atas kutukan waktu.
Rania berdiri di balkon utama, mengenakan jubah biru lembut yang menyatu dengan cahaya malam. Di sampingnya, Arven tersenyum—tak lagi dengan cemas, tapi dengan keyakinan penuh.
“Kita berhasil,” gumamnya.
Rania mengangguk. “Untuk kali ini… iya.”
---
Di bawah, Alendra berdiri di antara kerumunan, mengenakan gaun abu-abu perak yang tampak bercahaya di bawah langit. Anak-anak kecil mengitarinya, penasaran pada mata ungunya dan bekas retakan jam pasir di gelang tangannya.
“Apakah kau bisa mengulang hari ulang tahunku?” tanya seorang anak polos.
Alendra tertawa kecil. “Kalau kuulang, kamu harus tiup lilin dua kali.”
Semua tertawa.
Suasana hangat. Ringan. Nyaris sempurna.
Hingga satu suara datang dari penjaga bayangan:
> “Putri Alendra. Ada surat untuk Anda. Tidak berasal dari dimensi ini.”
---
Alendra menerima gulungan kecil berwarna hitam keunguan, disegel dengan lilin merah berbentuk tengkorak jam.
Rania, Arven, Reina, dan Elvaron segera menghampiri saat Alendra membuka surat itu.
Dan yang tertulis di dalamnya membuat semua cahaya seolah padam seketika.
---
Putri waktu terbalik,
Kau telah mengganti arah sejarah.
Kau telah membuka pintu yang seharusnya tetap terkunci.
Dan sekarang, kau telah menghapus satu-satunya keseimbangan kami: kutukan waktu.
Ketahuilah… tidak semua dunia ingin waktu berjalan lurus.
Ada yang hidup dari kekacauan.
Ada yang tumbuh dari luka.
Kami adalah Pewaris Runtuh.
Kami tidak akan diam.
Kau menyelamatkan masa depanmu.
Kini, bersiaplah kehilangan masa sekarangmu.
Tunggu kami… di saat jam berhenti.
— Ω (Simbol Omega Berdarah)
---
Surat itu berdarah di bagian bawah, bukan tinta.
Dan di saat yang sama… seluruh jam sihir di Auralis berdetak mundur sekali—hanya satu detak, tapi cukup untuk membuat langit tergetar.
Rania menggenggam lengan Alendra. “Ini… ancaman dari dunia lain?”
Elvaron mengangguk, wajahnya pucat. “Pewaris Runtuh. Legenda mereka hanya ada dalam catatan terlarang. Kelompok penjaga dimensi gelap… yang percaya bahwa waktu seharusnya tidak pernah stabil.”
Arven menarik pedangnya. “Kita belum selesai.”
Alendra menatap simbol Ω di surat itu. Ia menggenggamnya erat.
> “Kalau mereka menginginkan waktu kembali kacau… maka aku akan berdiri di antara mereka dan jam terakhir.”
> “Aku bukan hanya anak Kael. Aku bukan sekadar korban.”
> “Aku adalah Penjaga Jalur Baru. Dan mereka harus melewatiku dulu.”
---
Rania menatap ke arah langit yang mulai menampakkan retakan kecil di utara.
“Festival ini… bukan akhir. Tapi permulaan.”
Reina mengangguk. “Kita harus bersiap. Ancaman ini bukan hanya ke Alendra. Tapi ke seluruh dimensi waktu.”
Dan malam itu, Auralis tidak tidur.
Sementara lentera cahaya masih melayang pelan, bayangan pertama dari Omega mulai merayap dari luar batas dimensi…
Mengintai.
Menunggu.
Siap menghancurkan semua yang baru saja diperbaiki.